-->
8 Tarian Tradisional Daerah Nusa Tenggara Barat

8 Tarian Tradisional Daerah Nusa Tenggara Barat

Nusa Tenggara Barat atau NTB merupakan provinsi yang terdiri dari beberapa pulau kecil seperti dua pulau terbesar Lombok dan Sumbawa. Untuk pulau Lombok dihuni mayoritas Suku Sasak dan untuk Sumbawa dihuni mayoritas suku Bima. Meski dihuni dengan 2 kebudayaan yang paling dominan ini, namun suku yang paling dominan tetap Suku Sasak karena populasi suku Sasak di NTB mencapai 68%.

Ada banyak hal menarik yang bisa diulas dari NTB seperti salah satunya tarian tradisional. Berikut adalah 8 Tarian Tradisional Daerah Nusa Tenggara Barat Yang Terkenal. Sebelum lanjut ke pembahasan, jika Berkenan dan artikel ini bermanfaat mohon bantuannya untuk Subscribe Channel youtube saya gan. Gratis gan tanpa biaya sepeserpun>> https://www.youtube.com/channel/UCmLnqtGgcB-8XrJsPnjm-3Q?sub_confirmation=1

Tari Rudat
Ini merupakan tarian khas NTB yang sangat kental dengan nuansa Islami dari mulai kostum, kagu dan pengiring. Tarian NTB ini biasanya ditampilkan pada acara seperti khitanan, Maulid Nabi, khatam Al-Quran, peringatan Isra Mi’raj dan acara lain.

Tarian biasanya dilakukan oleh 13 orang penari yang memakai kostum seperti prajurit dan gerakan didominasi dengan gerakan tangan serta kaki. Gerakannya akan terlihat seperti gerakan bela diri atau pencak silat sambil menyanyikan lagu berirama Melayu dan liriknya berbahasa Indonesia serta Arab.

Untuk kostum, para penari akan memakai baju lengan panjang, kain songket Lombok, celana panjang dan juga kopiah karbus. Sedangkan untuk atribut lain yang digunakan adalah kain selempang serta ikat pinggang. Sedangkan untuk busana pemimpin tarian akan dibuat berbeda dari mulai kopiah, warna baju dan terkadang juga membawa pedang.

Tari Gendang Beleq
Ini adalah tarian tradisional Lombok dengan menggunakan properti gendang berukuran besar dan sudah menjadi tradisi wajib suku Sasak sekaligus menjadi peninggalan Kerajaan Selaparang Lombok. Kesenian ini digunakan tokoh agama untuk menyebarkan agama Islam untuk mengumpulkan para warga ketika akan memberikan ceramah agama atau kegiatan agama.

Tari Gandrung Lombok
Tarian adat NTB berasal dari Lombok yang dilakukan berpasangan antara penari wanita dan juga pria. Tarian ini terlihat seperti tari gandrung Jawa atau Bali, namun perbedaannya terletak dari segi gerakan, kostum dan cara tarian ini ditampilkan.

Tari gandrung Lombok sudah ada sejak ekspedisi Kerajaan Majapahit memasuk Indonesia bagian timur. Tarian ini dulunya digunakan sebagai tarian penghibur prajurit yang pulang berperang. Tarian akan diiringi dengan gamelan dan para penari wanita akan mengajak prajurit untuk ikut menari secara berpasangan yang kemudian dilestarikan masyarakat Suku Sasak yang dikenal dengan tari jengger.

Tari Buja Kadanda
Tari buja kadanda adalah tarian daerah NTB lebih tepatnya dari Bima yang menceritakan tentang 2 prajurit ketika sedang berperang. Tarian dilakukan 2 penari memakai pakaian prajurit lengkap dengan tombak dan perisai. Buja kadanda adalah tombak berumbai bulu ekor kuda yang dipakai penari sebagai perlengkapan ketika menari.

Tarian NTB ini diciptakan untuk mengenang dan memberi penghargaan terhadap perjuangan prajurit ketika mempertahankan daerah. Tarian akan diawali dengan tabuhan musik dan penari akan membawa senjata kemudian menari dengan gaya masing masing. Gerakan didominasi dengan gerakan bela diri kemudian melakukan gerakan saling menyerang memakai perlengkapan di tangan mereka.

Tarian ini akan diiringi alat musik tradisional berupa serunai, gong, gendang serta tawa tawa dengan dua irama yakni lambat dan cepat. Sementara untuk kostum yang digunakan adalah baju lengan panjang, celana panjang serta ikat atau penutup kepala serta tombak atau tongkat buja kadanda serta perisai.

Tari Lenggo
Tarian tradisional NTB ini berasal dari Bima yang dibagi menjadi 2 yakni tari lenggo Melayu dan tari lenggo Mbojo. Untuk tari lenggo Melayu dilakukan para pria dan lenggo mbojo dilakukan para wanita. Tarian ini merupakan tari klasik yang berkembang di lingkungan istana Kerajaan Bima dan hanya dipertunjukkan pada acara tertentu.

Tari lenggo melayu adalah yang pertama diciptakan oleh mubalig dari Sumatera Barat bernama Datuk Raja Lelo untuk upacaja adat Hanta Ua Pua di daerah Bima. Sedangkan tari lenggo mbojo yang disebut juga dengan lenggo siwe adalah kreasi dari tari lenggo melayu yang ditampilkan dalam acara adat Hanta Ua Pua yaitu peringatan masuknya agama Islam ke Bima.

Tarian ini dilakukan 4 hingga 6 penari untuk kedua jenis tari lenggo yang diiringi alat musik silu, gendang besar, gong dan tawa tawa. Baik pria dan wanita nantinya akan mengenakan kostum berwarna cerah sehingga tarian ini akan terlihat semakin indah.

Tari Nguri
Tarian khas NTB selanjutnya adalah tari nguri yang dilakukan penari wanita secara berkelompok untuk menceritakan tentang keramahan dan keterbukaan masyarakat Sumbawa. Tarian ini terinspirasi dari masyarakat yang memberikan semangat pada raja ketika sedang menghadapi masalah atau bencana lewat banyak persembahan yang diberikan.

Dalam pertunjukannya, gerakan lembut akan ditampilkan penari wanita yang terdiri dari beberapa gerakan dasar seperti batanak, nyerma, linting sere, jempit tope, tebe dan lunte begitik dan diiringi juga dengan alat musik tradisional seperti gendang, gong, rebana besar, satung serek dan serunai pelampong.

Tari Oncer
Tari oncer adalah tarian dari NTB yang diciptakan dari Muhammad Tahir di Desa Puing, Kabupaten Lombok Tengah tahun 1960. Tarian biasanya dimainkan 3 kelompok yang masing masingnya adalah kelompok penari kenceng terdiri dari 6 hingga 8 penari membaca kenceng, 1 orang membawa petuk dan 2 orang membawa gendang.

Tari Wura Bongoi Monca
Ini merupakan tarian adat NTB yang menjadi jenis tari selamat datang atau penyambutan tamu yang dilakukan penari perempuan secara berkelompok dan gerakannya terlihat lemah lembut sambil menaburkan beras kuning sebagai tanda harapan dan penghormatan.

Tari ini dikatakan sudah mulai berkembang pada masa Kesultanan Abdul Kahir Sirajuddin tahun 1640 hingga 1682. Para penari wanita nantinya akan mengenakan busana baju asi untuk bagian atas dan sarung songket untuk bagian bawah. Sedangkan bagian kepala mereka mengenakan bando atau hiasan seperti bunga dan aksesoris seperti kalung, gelang dan selendang.
Disqus
Pilih Sistem Komentar

No comments