Tari Piring
tari piring |
Tarian yang paling sering dijumpai di pentas bertaraf nasional dan internasional ini berasal dari budaya Minangkabau. Eksis dari sekitar 800 tahun yang lalu, tari ini terus berkembang hingga sekarang. Tari Piring pada awalnya dilakukan dengan tujuan sebagai ungkapan rasa syukur rakyat kepada dewa-dewa dengan hidangan berupa makanan lezat yang diberikan oleh gadis-gadis cantik. Setelah berkembangnya jaman, Tari Piring lebih sering digunakan untuk sebagai sambutan kepada petinggi atau pejabat dan acara pelaminan.
Tarian ini merupakan tarian gerak cepat dengan para penari memegang piring di tapak tangan mereka, diiringi dengan lagu yang dimainkan oleh berbagai alat musik tradisional Sumatera Barat seperti talempong dan saluang. Kadangkala, piring-piring itu akan dilontar ke udara atau pun dihempas ke tanah dan pecahan piring yang dilontar ke tanah akan dipijak oleh penari-penari tersebut.
Tari piring sering dilakukan di negara tetangga Indonesia, seperti contohnya Malaysia. Sebagai contoh lainnya, tarian tersebut juga dijadikan ditampilkan perwakilan Indonesia dalam Kompetisi tari Costa Brava Folk Dance Competition di Spanyol.
Tari Payung
tari payung |
Tarian tradisional dari Sumatera Barat yang dilakukan sebagai ungkapan kasih sayang kepada seorang kekasih. Payung dalam tari payung menjadi lambang perlindungan terhadap kekasihnya. Tari payung sering dilakukan secara berpasang-pasangan karena unsurnya yang romantis. Alat lain selain payung adalah selendang yang dapat dipakai wanita, sedangkan payung dipakai pria. Tari payung pada umumnya dibawakan dengan musik dinamis untuk memeriahkan acara seperti pesta, pameran, dan lain sebagainya.
Menurut masyarakat sekitar, payung adalah wujud perlindungan dari hujan dan panasnya terik matahari. Jadi makna yang terkandung dalam tarian ini adalah sepasang kekasih yang sedang membina kehidupan rumah tangga, biasanya gerakan penari laki-laki seolah sedang melindungi kepala penari wanita. Sedangkan kain selendang yang digunakan oleh wanita mengartikan ikatan cinta suci yang sedang terjalin.
Dalam gerakan tari payung di zaman sekarang sudah dimodifikasi sesuai perkembangan zaman, walau begitu dalam beberapa gerakannya masih ada yang tidak diubah dalam artian masih murni warisan dari nenek moyang. Lagu pengiring dalam tarian ini berjudul Babendi-bendi ke Sungai. Alat musik yang digunakan masih alat musik tradisional seperti rebana, akordion, gamelan padang, gendang, dan gong.
Tari Lilin
tari lilin |
Tari lilin merupakan sebuah tarian dimana penari membawa lilin lalu menari dengan iringan musik yang dimainkan oleh pemusik. Tarian ini sangat identik dengan cerita rakyat Minang yang menjadi asal usul dari tari lilin.
Cerita rakyat yang menceritakan seorang gadis yang mengalami permasalahan ketika ditinggal oleh sang kekasih, ia kehilangan sebuah cincin tunangan. Gadis tersebut menggunakan lilin yang ditempatkan pada piring untuk mencari cincin tersebut.
Karena gerakannya yang gemulai dan indah ketika mencari cincin menjadi sumber asal-usul tari lilin.
Tari Indang
Tari Indang
tari indang |
Tari Indang juga dikenal dengan tari Dindin Badindin adalah salah satu tarian khas pesisir Pariaman, Sumatera Barat. Gerakan tari yang tegas serta diiringi dengan tuturan lisan ini sekilas mirip dengan tari saman yang berasal dari Aceh, namun gerakan tari Indang lebih variatif dan sarat akan nilai da’wah Islam.
Tari Indang dulunya dimainkan oleh pemuda – pemuda selepas mengaji di surau-surau. Nyanyian disesuaikan dengan tujuannya sebagai sarana pendidikan dan dakwah Islam. Ketika masa-masa berikutnya barulah kemudian tarian ini berkembang menjadi tari yang sifatnya hiburan, tanpa menghilangkan sisi dakwah tentunya.
Yang menjadi pembeda antara tari Indang dengan Tari Saman adalah tari Saman menggunakan pelafalan serta bunyi-bunyian yang berasal dari tepuk tangan dan anggota badan, sedangkan Tari Indang banyak menggunakan Indang atau alat musik tradisional menyerupai Rebana sebagai pengatur tempo musik.
Tari Pasambahan Minang
tari pasambahan minang |
Tarian ini bertujuan untuk menyambut tamu istimewa sebagai ucapan selamat datang dan juga ungkapan rasa hormat pada tamu yang diundang, biasanya tarian ini sebagai penyambutan pengantin pria ke rumah wanita dan akan dilanjutkan dengan suguhan daun sirih menggunakan Carano. Carano adalah alat yang terbuat dari tembaga yang dibentuk menyerepuai sebuah mangkuk, Carano akan menampung berbagai macam suguhan seperti: sirih, rokok, dan barang lainnya yang akan diberikan kepada tamu, yaitu pengantin pria dan keluarganya.
Gerakan tari yang digunakan mencakup gerakan silat, langkah berserak dan membungkuk. Seiring dengan perkembangan zaman, tarian ini selalu ada dalam pementasan seni dan bersifat untuk hiburan saja. Tari ini tidak dikhususkan oleh wanita, laki-laki pun bisa menarikannya. Alat musik yang digunakan adalah telempong, serunai, bansi, gandang tambui, dan tassa.
Tari Rantak Minangkabau
Tari Rantak Minangkabau
tari rantak minangkabau |
Tari Rantak mempunyai gerakan yang dinamis, dan gerakanya juga terinspirasi dari Pencak Silat. Tarian ini merupakan salah satu tarian yang mengedepankan dan menegaskan ketajaman gerakan si penari, keindahan Tarian ini bukan hanya terdapat pada gerakanya saja, tetapi juga pada kerentaka penari yang menimbulkan bunyi dari hentakan kaki yang selaras dengan ketegasan gerakan. Tujuan tari rancak adalah untuk menunjukkan selain dirinya yang tegas, bahwa dirinya juga anggun.
Tari rantak ini biasanya ditarikan oleh beberapa orang laki-laki dan perempuan dengan menggunakan pakaian yang berwarna merah serta emas, dengan dikombinasikan dengan pakaian yang warnanya cerah, musik yang dinamis serta gerakan yang kuat dan tajam ditambah dengan hentakan kaki, Tari Rantak ini akan menghipnotis mata para penonton yang melihatnya.
Tari Paten
tari paten |
Tarian yang dilakukan masyarakat Minang untuk menyambut panen padi. Gerakan-gerakan dalam tarian ini adalah gerakan yang dilakukan para petani ketka mereka mencangkul, membajak dan memanen padi mereka.
Tari Randai
tari randai |
Beberapa ahli berpendapat bahwa Randai berasal dari bahasa Arab rayan-li-da’i (berasal dari kata da’i), sebutan untuk pendakwah tarikat Na’sabandiyah. Pendapat lain adalah Randai berasal dari kata handai yang berarti keakraban, keintiman, dan keramahan dalam bahasa Minangkabau.
Randai merupakan hasil perpaduan Kaba dan Silek yang dipersatukan dengan gerakan dan syair gurindam yang indah. Kaba dan Silek merupakan bahasa Minangkabau, Kaba berarti kabar atau berita yang disampaikan oleh para pengelana, kaba dapat mencakup berita mengenai ilmu, moral, dan agama. Silek berhubungan erat dengan keahlian seseorang dalam silat dan bela diri.
Karim Halim, penulis literatur, mengutarakan bahwa Randai lebih diutamakan untuk pesan moral daripada hiburan. Menurut penelitiannya, dokumentasi Randai ditemukan pertama kali pada tahun 1930an. Karim Halim menuliskan di artikelnya “Sandiwara Randai (Randai Theatre)” bahwa Randai dilakukan secara langsung di pedesaan dimana suasana sangat tenang dan diiringi musik seperti Keroncong.